A.
PDB
Produk domestik bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan
salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang
dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan
pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut.
Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi
dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi
yang digunakan.
PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa
memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (PDB Atas Dasar Harga Konstan)
mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan,
yaitu :
·
Pendekatan
pengeluaran
-
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran
pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran
yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran
pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
·
Pendekatan pendapatan
-
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga
untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan
pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek
menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering
digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
B.
Pertumbuhan
dan perubahan struktur ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi dapat
diukur dengan tingkat pendapatan nasional per kapita. Untuk dapat meningkatkan
pendapatan nasional, maka pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang
sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu Negara,
umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan.
Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan
tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa
penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan juga besar, maka pertumbuhan
ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dibandingkan
dengan laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan
masyarakat per kapita dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat
kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja
yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program
pembangunan sosial .
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga
terjadi peningkatan national income. National income dapat merujuk pada
GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor
luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung
neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan
adalah National Income.
Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan
prioritas:
- Pertumbuhan
ekonomi
- Distribusi
pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi
secara mendasar:
-
Sisi permintaan agregat, pendalaman
struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh
terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
-
Sisi penawaran agregat, faktor pendorong
utamanya adalah perubahan teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material
baru untuk produksi.
Seiring semakin
meningkat pendapatan perkapita,maka
Semakin
cepat pertumbuhan ekonomi semakin cepat perubahan struktur ekonomi. Perubahan
struktur ekonomi merupakan serangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan luar negeri, dan aggregate supply
untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
C.
Pertumbuhan
ekonomi selama orde baru sampai sekarang.
Ø Masa
Orde Baru
Di awal orde baru, ketika soeharto menjabat menjadi presiden RI saat ini
kondisi perekonomian di indonesia sangat buruk, tingkat inflasi yang terjadi
pada negara kita mencapai 650 % pertahun.
Presiden Soeharto saat itu menambahkan langkah yang telah di lakukan sebelumnya
oleh Soekarno. dan ternyata Soeharto berhasil menekan inflasi dari 650 %
menjadi dibawah 15% dalam waktu kurang dari dua tahun. Untuk menekan inflasi
yang begitu tinggi, Soeharto melakukan hal yang jauh berbeda dengan
presiden sebelumnya, beliau membuat anggaran, menerbitkan sektor perbankan,
mengembalikan sektor ekonomi dan merangkul negara-negara barat untuk menarik
modal.
Di samping itu soeharto pada tahun 1970-an juga menggenjot penambangan minyak
dan pertambangan. Sehingga pendapatan negara dari migas meningkat, dari 0,6 %
miliar pada tahun 1973 dan sekarang mencapai 10,6% miliar pada tahun 1980.
Puncaknya kebijakan tersebut adalah ketiaka penghasilan dari migas sama dengan
80% hasil eksport Indonesia. Dengan kebijakan itu, Indonesia bisa maju dalam
pembangunan di bawah pemerintahan orde baru.
Dampak Positif Kebijakan
ekonomi Orde Baru :
1.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena
setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnyapun
dapat terlihat secara konkrit.
2.
Indonesia mengubah status dari negara
pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri
(swasembada beras).
3.
Penurunan angka kemiskinan yang diikuti
dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
4.
Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi
pendidikan dasar yang semakin meningkat.
Dampak Negatif Kebijakan
ekonomi Orde Baru :
1.
Kerusakan serta pencemaran lingkungan
hidup dan sumber daya alam
2.
Perbedaan ekonomi antardaerah,
antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam.
3.
Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi
sosial)
4.
Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang
erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
5.
Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya
dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung
terpusat dan tidak merata.
6.
Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis
dan berkeadilan.
7.
Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat
tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh.
Pembagunan
tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru
menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian.
Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian
nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.
Ø Masa
Transisi (era Presiden B.J. Habibie)
Krisis ekonomi mempunyai dampak yang sangat
memprihatinkan terhadap peningkatan pengangguran, baik di perkotaan maupun di
pedesaan, daya beli masyarakat menurun, pendidikan dan kesehatan merosot serta
jumlah penduduk miskin bertambah oleh karena itu muncul kebijakan Jaring
Pengaman Sosial (social safety net). Yang menyebabkan suatu prestasi yang
mengagumkan yakni nilai tukar rupiah dari 16.000 menjadi 6.000 rupiah.
Ø Masa
Reformasi (era Presiden K.H. Abdurrahman Wahid)
Terjadi banyak
keanehan dan tidak terdapat kebijakan perekonomian pada masa Gus Dur, rating
kredit Indonesia mengalami fluktuasi, dari peringkat CCC turun menjadi DDD lalu
naik kembali ke CCC. Salah satu penyebab utamanya adalah imbas dari krisis
moneter pada 1998 yang masih terbawa hingga pemerintahannya.
Ø Masa
Pemerintahan Gotong Royong
Langkah Presiden SBY untuk merangkul Parpol-parpol yang kalah dalam Pemilu 2009
adalah bagian dari kebijakan Soft Power, atau kebijakan untuk bergotong-royong
dalam membangun bangsa dan negara. Ini serupa dengan Kabinet Gotong-Royong di
masa lalu. Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan gotong
royong memiliki karakteristik sebagai berikut:
Rendahnya pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan masih kurang berkembangnya
investasi terutama disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi sosial politik
dalam negeri.
Ø Masa
Pemerintahan Indonesia Bersatu (era SBY – Boediono)
Kabinet Indonesia Bersatu jilid I ini dibentuk pada tanggal 21 Oktober 2004 dan
berakhir pada tahun 2009 menggantikan kabinet gotong royong sebelumnya yang
dipimpin megawati dan Hamzah Haz pada 5 Desember 2005. Pada Indonesia bersatu
jilid 1 yaitu pada tahun 2004 sampai 2009 utang di Negara kita meroket drastis
dari 1275 triliun menjadi 1667 triliun pemerintahan SBY “sangat berhasil” dalam
tugas utang mengutang .
Dengan sistem kebijakan pemerintah SBY saat ini, rakyat Indonesia dipaksa
menanggung beban utang para bankir yang sudah kaya lewat beragam penyunatan
subsidi seperti pendidikan (BHP) dan kesehatan. Pada saat yang sama, rakyat
yang tidak ikut melakukan kesalahan dan tidak pernah menikmati utang, harus
membayar minyak/BBM, listrik dan air yang mahal, agar negara bisa membayar
utang utang Negara di tambah subsidi pendidikan dan minyak di cabut dengan
alasan yang tidak jelas.
Ø Joko
Widodo (20 Oktober 2014 – Sekarang)
Sebagai dampak perkembangan ekonomi global tersebut
pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga triwulan II 2015 masih melambat, yakni
sebesar 4,67% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
4,72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 yang masih melambat ini
terutama akibat melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan
konsumsi rumah tangga.
Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas seiring dengan
pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih
menurun. Di sisi lain, pertumbuhan impor terkontraksi lebih dalam sejalan
dengan lemahnya permintaan domestik.
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia pada semester I
2015 mencatat surplus, terutama ditopang oleh surplus neraca nonmigas. Surplus
neraca perdagangan tersebut mendorong perbaikan defisit transaksi berjalan pada
triwulan II 2015 yang lebih baik dari prakiraan sebelumnya yaitu 2,5% dari PDB,
dan lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9% dari PDB.
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, terutama
dipengaruhi faktor eksternal. Pada Juli 2015, rupiah melemah ke level Rp 13.311
per dolar AS dari sebelumnya di kisaran Rp 12.025 pada hari pertama
pemerintahan Jokowi-JK. Angka ini bahkan terus merosot hingga hampir mencapai
Rp 14.800 pada bulan September 2015. Beruntung, kondisi ekonomi global dan
kerja keras pemerintahan Jokowi-Jk berhasil memperkokoh nilai rupiah kembali ke
kisaran Rp 13.500 pada pertengahan bulan Oktober 2015.
Sejalan dengan pergerakan rupiah, perkembangan harga saham
juga mengalami tekanan. Pada awal November 2014 Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) tercatat sebesar Rp 5.085,51 merosot menjadi Rp 4.120,5 di
akhir September 2015 akibat derasnya arus modal asing yang keluar dari Bursa
Efek Indonesia. Tapi rangkaian Paket Kebijakan Ekonomi pemerintah yang
diterbitkan sejak 9 September 2015 telah membawa persepsi positif kepada
investor pasar modal, sehingga IHSG naik kembali menjadi Rp 4.591,91 pada 19
Oktober 2015.
Sebagai akibat kebijakan penyesuaian harga BBM pada bulan
November 2014, inflasi melonjak menjadi 8,36 % (yoy) pada akhir tahun 2014.
Melalui kebijakan pengendalian harga pangan dan harga barang yang diatur oleh
pemerintah, tingkat inflasi secara bertahap menurun. Pada bulan September 2015
inflasi menjadi 6,83% (yoy) atau 2,24% (ytd). Dengan pengendalian inflasi yang
ketat hingga di tingkat Pemerintah Daerah, maka inflasi diperkirakan di
kisaran 4%pada akhir tahun 2015. Penurunan inflasi sebagian disebabkan
melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi
khususnya di wilayah pertambangan dan perkebunan.
Perekonomian diperkirakan mulai meningkat pada triwulan III
dan berlanjut pada triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut didukung oleh
akselerasi belanja pemerintah dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur yang
semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan
pemerintah untuk mendorong percepatan realisasi belanja modal, termasuk dengan
menyiapkan perangkat aturan yang diperlukan.
D.
Faktor-faktor
penentu prospek pertumbuhan ekonomi indonesia
Secara garis besar,
terdapat sedikitnya 2 (dua) faktor yang menentukan prospek pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Adapun kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan
eksternal.
1. Faktor
Internal
Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental
ekonomi nasional, serta
lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca
peristiwa tersebut
menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan hingga
sampai saat ini)
menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses pemulihan
serta perbaikan ekonomi
nasional juga tidak disertai kestabilan politik dan keamanan
yang memadai,
penyelesaian konflik sosial , serta tidak adanya kepastian hukum.
Padahal faktor-faktor non
ekonomi inilah yang merupakan aspek penting dalam
menentukan tingkat resiko
yang terdapat di dalam suatu Negara untuk menjadi dasar
keputusan bagi para
pelaku usaha atau investor terutama asing, untuk melakukan
usaha atau
menginvestasikan modalnya di Negara tersebut.
2. Faktor
Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan faktor
eksternal yang sangat
penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi di
Indonesia. Sebab, apabila
kondisi perdagangan dan perekonomian
Negara-negara tersebut
terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan
berdampak pula pada
proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan
akibatnya dapat
menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
Selain itu, terdapat juga beberapa faktor yang dianggap penting dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi suatu
negara, yaitu:
·
Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses
pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses
pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya
selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
·
Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara
berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya.
Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber
daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud dinataranya
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan
dan kekayaan laut.
·
Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses
pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh
mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas
dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan
laju pertumbuhan perekonomian.
·
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan
dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini
dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya
yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros,
KKN, dan sebagainya.
·
Sumber Daya Modal
Sumber daya modal
dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal
berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan
dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan
produktivitas.
·
Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Para pengusaha memiliki
perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan
menghasilkan barang dan
jasa yang dibutuhkan masyarakat atau menjadi bararang yang akan
dibutuhkan masyarakat.
Kemampuan mengombinasikan input dapat disebut sebagai
kemampuan inovasi.
Sejarah mencatat bahwa kemampuatun inovasi tidak selalu dikaitkan
dengan teknologi tinggi.
Contohnya, produk coca cola, salah satu minuman ringan terlaris di
dunia dihasilkan oleh
wirausaha Amerika Serika
E. Perubahan
Struktur Ekonomi
Istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi disebut
transpormasi struktural, artinya rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar negeri (ekspor dan
impor), AS (produksi dan penggunaan faktor produksi yang diperlukan guna
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery,
1979)
1. Teori dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan
pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang semula lebih
bersifat subsistence dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke
struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor
nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan
struktur ekonomi.
A. Teori Migrasi
(Arthus Lewis), bahwa ekonomi suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2
yaitu: Perekonomian Tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian Perekonomian Modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknay tinttgi, maka terjadi kelebihan L
dan tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsistence. Kelebihan L ini ditandai
dengan produk marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil (w) yang
rendah. Rumus ini juga berlaku bagi perekonomian Modern.
Rumusnya :
LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah (Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu.
Rumusnya :
LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah (Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu.
B. Teori
Transpormasi struktural (Hollis Chenery), Teori ini mempokuskan pada
perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang
mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai
mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBp
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBp
Berdasarkan model ini,
kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan
jumlah empat faktor berikut :
a. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor atau efek ttal dari kanaikan jumlah ekspor terhadap produk idustri manufaktur.
c. Substitusi imfor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien infut-outfut di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat, yaitu:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
b. Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola distribusi pendapatan
d. Karakteristik dari industrialisasi
e. Keberadaan SDA
f. Kebijakan perdagangan luar negeri
sumber :
https://adypato.wordpress.com/2010/06/16/kondisi-ekonomi-indonesia-pada-masa-orde-baru/https://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
http://utamiwijayanti12.blogspot.co.id/2015/06/pdb-pertumbuhan-dan-perubahan-struktur.html
http://kuswanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19597/3.+Pertumbuhan+dan+Perubahan+Struktur+Ekonomidocx.doc
https://delialestari38.wordpress.com/2015/04/30/faktor-faktor-penentu-prospek-pertumbuhan-ekonomi-indonesia/